Prinsip dasar pengelolaan hama terpadu

| 13 May 2013

1. Pemahaman ekosistem pertanian

Dari sisi ekologi proses produksi pertanian merupakan berbagai kegiatan pengelolaan ekosistem pertanian atau agroekosistem yang ditujukan untuk pencapaian sasaran kuantitas dan kualitas produksi sesuai yang diharapkan oleh pemilik atau pengelola agroekosistem.

Penerapan PHT dapat berhasil menyelesaikan permasalahan hama dan produksi tanaman yang dihadapi apabila petani (pengelola agroekosistem) dapat memahami sifat dan dinamika agroekosistem terlebih dahulu.
Agroekosistem merupakan salah satu bentuk ekosistem binaan manusia yang ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas tertentu.

Agroekosistem umumnya memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin seragam, merupakan ekosistem yang tidak stabil dan rawan terhadap peningkatan populasi spesies hama. Agroekosistem merupakan sistem yang dinamik bervariasi dari waktu ke waktu lainnya dan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Ekosistem pertanian Sangat peka terhadap berbagai perubahan baik yang terjadi di dalam maupun di luar ekosistem. Dengan mempelajari struktur ekosistem seperti komposisi jenis-jenis tanaman, hama, musuh alami dan kelompok biotik lainnya, serta interaksi dinamis antar komponen biotik deapat ditetapkan strategi pengelolaan yang mampu mempertahankan populasi hama pada statu aras yang tidak merugikan.

2. Biaya manfaat pengendalian hama

Tujuan utama petani mengelola lahan pertanian adalah untuk memperoleh produksi dan keuntungan usaha tani yang setingi-tingginya. Petani yang rasional selalu berusaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal dengan cara menekan sekecil mungkin biaya pengendalian dan meningkatkan produksinya. Setiap keputusan tentang pengendalian hama yang benar harus memperhitungkan perbandingan antara biaya dan manfaat agar memperoleh keuntungan dari usaha pengendalian hama.

Keuntungan usaha pengendalian hama = Nilai manfaat – Biaya pengendalian

Biaya pengendalian merupakan total uang yang dikeluarkan untuk membeli pestisida, varietas tahan hama, menyewa alat  dan tenaga pengendalian hama. Nilai manfaat merupakan nilai rupiah dari hasil yang diperoleh dari usaha pengendalian hama.

3. Toleransi tanaman terhadap kerusakan

Semua tanaman memiliki tingkat toleransi tertentu terhadap populasi dan kerusakan, baik oleh serangan hama atau oleh penyebab lain. Hal ini berarti bahwa pada tingkat populasi hama dan kerusakan tanaman tertentu yang tidak mempengaruhi tingkat produksi dan penghasilan petani. Tindakan pengendalian hama tidak ditujukan untuk menghabiskan populasi hama tetapi menurunkan populasi sampai pada tingkat yang tidak merugikan.  

4. Pertahankan sedikit populasi hama di tanaman

Konsep PHT bertumpu pada terjadinya keseimbangan populasi antara hama dan kompleks musuh alaminya. Apabila di lahan tidak dijumpai populasi hama maka musuh alami tidak mendapatkan mangsa atau inang yang sesuai sehingga mereka mencari inang atau mangsa ke tempat lain. Dalam keadaan demikian dikhawatirkan populasi hama akan meningkat jumlahnya sehingga dapat mendorong terjadinya letusan hama yang membahayakan. Oleh karena itu di lahan pertanian perlu tetap dipertahankan sedikit populasi hama yang memungkinkan berjalannya proses keseimbangan alami. Pada keadaan tersebut populasi hama tidak menyebabkan terjadinya kerugian ekonomis bagi petani.

5. Lestarikan dan manfaatkan musuh alami

Setiap jenis hama secara alami dapat dikendalikan oleh kompleks musuh alami yang dapat meliputi predator (pemangsa), parasitoid dan patogen hama. Dibandingkan dengan penggunaan pestisida, penggunaan musuh alami bersifat alami, efektif, murah, dan tidak menimbulkan dampak camping negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, agroekosistem perlu dikelola sedemikian rupa sehingga musuh alami dapat dilestarikan dan dimanfaatkan.

6. Budidaya tanaman sehat

Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting setiap program pengendalian hama sebab tanaman yang sehat lebih tahan terhadap serangan hama. Tanaman sehat mampu lebih cepat mengatasi atau menyembuhkan dari kerusakan yang terjadi akibat serangan hama. Dalam PHT setiap usaha budidaya tanaman mulai pemilihan varietas, pengolahan tanah, penyiapan bibit dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai ke pengelolaan pasca panen perlu dikelola secara tepat sehingga diperoleh pertanaman yang sehat, kuat dan produktif.

7. Pemantauan ekosistem

Terjadinya letusan hama pada suatu ekosistem merupakan hasil interaksi berbagai komponen ekosistem, baik yang berasal dari dalam ekosistem maupun yang dimasukkan manusia seperti pestisida dan pupuk. Sangay sulit meramalkan kapan terjadinya letusan hama secara tepat. Agar petani dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alami di lahannya, serta dapat menentukan tindakan pengendalian maka petani harus mengadakan pemantauan ekosistem secara rutin.

8. Pemberdayaan petani

Di Indonesia petani merupakan kelompok producen pertanian yang terbesar, sehingga kinerja sector pertanian Sangay ditentukan oleh kinerja petani yang umumnya masih rendah. Hal ini disebabkan petani memiliki lahan sempit, tidak memiliki modal yang cukup, serta kurang memiliki kemampuan SDM yang memadai. Agar prinsip dan teknologi PHT dapat efektif dimanfaatkan dan diterapkan oleh petani lebih dahulu perlu dilakukan usaha pemberdayaan petani untuk dapat menerapkan PHT.

9. Pemasyarakatan konsep PHT

Agar petani mampu menerapkan PHT, diperlukan usa pemsyarakatan PHT melalui berbagai jalar penerangan, pendidikan, dan pelatihan baik yang dilakukan secara formal maupun informal.