Perbedaan ekosistem pertanian dan ekosistem hutan alam

| 01 July 2013

Keanekaragaman 

Salah satu perbedaan yang kontras antara ekosistem pertanian dengan ekosistem hutan alam adalah jumlah dan jenis tanaman ataupun hewan. Hutan alam memiliki jumlah dan jenis tanam-tanaman yang banyak. Sementara pertanian hanya memiliki jumlah dan jenis tanam-tanaman yang sangat terbatas. Bahkan dalam perkembangan, dalam satu areal pertanian hanya ditanami satu jenis tanaman (mono cropping system). Hal ini tentu saja tidak efektif dalam segala aspek apalagi kalau kita berbicara soal keanekaragaman hayati.

Ternyata revolusi hijau (green revolution) juga berhasil memiskinkan jumlah tanaman yang semula dimiliki petani. Sebagai contoh, petani saat ini cenderung memilih menanam tanam-tanaman keras seperti kelapa sawit, coklat, karet, kopi, kelapa karena dianggap lebih menguntungkan dari aspek ekonomi. Aspek-aspek lain seperti kerusakan struktur tanah, ekonomi biaya tinggi, kedaulatan pangan (food sovereignty), kelestarian lingkungan tidak lagi penting.

Areal  pertanian yang ditanami hanya satu atau dua jenis tanaman saja akan menghabiskan jenis unsur hara yang sama dalam tanah. Konsekuensinya petani harus terus-menerus melakukan pemupukan agar produksi bisa dipertahankan. Tetapi dalam berbagai kasus tingkat kesuburan tanah akan terus-menerus menurun walaupun pemupukan secara kimia terus-menerus dilakukan. Hal ini cukup beralasan karena semua pupuk kimia yang komersialkan bentuknya adalah palsu, dampaknya hanya sementara dan mengakibatkan ketergantungan pada tanaman. Akibat lainnya pupuk kimia sangat bertentangan dengan mahluk hidup yang ada di dalam tanah dalam hal ini mikro-organisme.

Dari aspek ekonomi, pertanian dengan satu jenis tanaman kurang menguntungkan. Karena akses petani terhadap pasar sangat lemah, maka harga produk pertanian sangat labil (fluktuative). Dalam kondisi seperti ini, petani selalu dipihak yang kalah. Maka tidak ada jalan lain selain pasrah terhadap system penghisapan pasar ini. Padahal kalau petani memiliki berbagai hasil pertanian dan masa panennya berbeda-beda, petani bisa mengurangi kerugian dengan cara menunda untuk menjual atau memprosesnya ke dalam wujud lain sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

Persoalan Hama

Hampir bisa dikatakan tidak ada persoalan hama di hutan alam. Tidak akan pernah kita menemukan satu jenis tanaman diserang hama dan sampai merusak seluruh tanaman yang ada di dalam hutan. Sebaliknya di areal pertanian, permasalahan hama menjadi sangat serius dan tidak jarang mengakibatkan kegagalan panen. Petani biasanya menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama. Tetapi dalam beberapa kasus, hama tidak kunjung reda karena sudah banyak yang kebal.

Keanekaragaman jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan di hutan mengakibat, semua mahkluk hidup membangun mata rantai yang erat sehingga satu sama lain saling membutuhkan dan dengan sendirinya populasinya terkontrol karena hukum alam (nature rule).

Kesuburan Tanah

Berbicara tentang kesuburan tanah, hutan alam memiliki system perawatan dan penjagaan kesuburan tanah yang paling ideal. Kesuburan tanah secara alamiah meningkat dan berlangsung terus-menerus. Tidak terjadi kelihangan unsur hara atau mineral. Hal ini disebabkan karena mata rantai makanan (nutrient cycle) terus berlangsung. Pasokan daun-daun yang jatuh serta kotoran hewan bercambur di tanah, kemudian mikroorganisme mengubah bentuknya menjadi unsur hara.

Lewat mekanisme ini, penghematan penggunaan unsur hara juga secara otomatis terjadi. Sebaliknya, penurunan tingkat kesuburan tanah adalah permasalahan utama di sector pertanian. Mata rantai makanan sama sekali tidak terjadi di areal pertanian. Jumlah bio-massa dari sisa-sisa tanaman di sector pertanian sangat kecil atau boleh dikatakan tidak ada. Hal ini mengakibatkan tingkat kesuburan tanah terus-menerus menurun. Belum lagi disebabkan factor lain seperti erosi yang mengakibatkan pengikisan lapisan atas tanah (top soil) sehingga banyak unsur hara yang hilang dibawa air hujan.

Produksi Bio-massa

Diagram di bawah ini menunjukkan hutan mampu memproduksi biomassa yang sangat besar. Besarnya hampir dua kali lipat dari jumlah bio-massa di areal pertanian. Penyebab utamanya adalah struktur dari lapisan atas tanah dan tidak terganggunya mata rantai makanan. Penyebab lain karena hutan alam mampu mempergunakan secara maksimal energi seperti matahari, air hujan, udara dan lain-lain. Aspek lain yang lebih penting karena pasokan untuk keberlangsungan mata rantai makanan terus terjaga.

Sementara di areal pertanian, ekosistem yang ada di dalamnya tidak mampu mempergunakan secara maksimal energi dari alam. Bahkan mata rantai makanan dalam skala kecil juga terganggu karena petani biasanya membakar sampah sisa tanaman (waste crops) atau mengeluarkannya dari areal pertanian. Kesuburan tanah akhirnya terus-menerus berkurang dan akhirnya tidak seimbangan dengan persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hal ini yang menyebabkan perbedaan yang luar biasa antara ekosistem pertanian denga ekosistem hutan alam dilihat dari produksi (hasil).

Tingginya eksternal imput di areal pertanian (pupuk kimia, pestisida, herbisida, fungisida, insektisida, bibit) tidak signifikan terhadap hasil. Sementara hutan alam tidak membutuhkan eskternal imput sama sekali akan tetapi unggul dari segi hasil.