Teknologi pertanian organik

| 04 July 2013

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertanian organik mulai banyak dibicarakan. Bahkan ada sebagian artis saat ini mulai menggeluti pertanian organik sebagai hobby dan menjadikannya sebagai trend. Mereka menyakini, dengan pertanian organik umur menjadi lebih panjang dan sehat. Hal ini cukup berasalan, karena penelitian terbaru mempublikasikan bahwa petani memiliki angka rata-rata hidup tertinggi dibandingkan profesi lainnya.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa orang yang sehari-harinya bersentuhan dengan perawatan anak, pertanian, peternakan meliki usia hidup lebih lama dibandingkan pekerjaan lain. Oleh karena itu pula, angka rata-rata hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Akan tetapi ada kecenderungan bahwa informasi tentang pertanian organik sangat terbatas khususnya hanya pada kalangan ilmuwan, aktivis ornop, kampus dan artis. Bagi petani sendiri, pertanian organik masih merupakan sesuatu yang langka.

Ironisnya, bahwa pengusaha-pengusaha di sektor agribisnis mulai melirik pertanian organik menjadi usaha yang menguntungkan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki menjadi modal untuk segera mempraktekkan pertanian organik. Tidak kalah gencarnya banyak perusahaan-perusahaan besar mulai menangkap kecenderungan ini dengan memuat label-label “organik” pada kemasan bahan-bahan kimia yang diproduksi. Kalau situasi tetap eksis, maka petani tidak akan lepas dari belenggu penindasan dan penghisapan yang sistematik.

Melihat demikian kaburnya terminologi atau istilah pertanian organik, maka di buat semacam standard defenisi pertanian organik khususnya dalam aspek teknologi. Teknologi pertanian organik ialah teknologi atau teknik yang lahir dari pengalaman petani dalam usaha pertanian dimana petani secara mandiri mengolah atau menciptakan semua asupan-asupan yang dibutuhkan untuk usaha pertanian. Kesemua asupan-asupan itu antara lain pupuk, bibit, pestisida dan fungisida.

Dengan demikian kalau saat ini banyak perusahaan-perusahaan besar memproduksi pupuk maupun pestisida dengan label organik sebaiknya petani tidak mempercayai begitu saja. Sepanjang motif ekonomi (mencari untung) yang dominan dari suatu produk maka selama itu pula kita harus meragukannya. Oleh karena itu petani harus percaya diri dengan kemampuan alam dan kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya. Tidak ada yang lebih jujur dan setia daripada alam itu sendiri.

Oleh karena teknologi pertanian organik berasal dari pengalaman-pengalaman petani, maka riset dan publikasi di bidang pertanian organik sangat kecil apalagi di negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi di negara-negara maju seperti Jerman, Inggeris, Prancis, Swedia, Jepang, dan lain-lain lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta pada bidang riset dan publikasi pertanian organik mulai tumbuh.

Dalam kasus Jepang misalnya, sudah ada lembaga yang khusus meneliti kadar residu kimia yang dikandung setiap jenis sayur-sayuran khususnya sayur import. Publikasi asal dan jenis sayur yang melampaui batas yang ditetapkan akan segera dipublikasi secara luas ke masyarakat. Dengan demikian, kesadaran masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi makanan dengan residu kimia sudah tinggi. Filsafat memelihara tubuh jauh lebih baik daripada memperbaiki atau mengobati sudah menjadi nilai hidup.